Wednesday, March 7, 2018

Membedah Persoalan Dasar Kadersasi PMII tingkat Rayon


 Tema Diskusi                       : “Membedah Persoalan Dasar Kadersasi PMII tingkat Rayon”

Narasumber                         : Sahabat Rasdi

Penulis                                    : Muhammad Jahidin

Tempat                                   : Sekretariat PC PMII Kabupaten Kuningan

Tanggal/Waktu                    : Kamis, 22 Februari 2018 / 19.08 – 21.07



A.      Dasar Kaderisasi di PMII

Kecerdasan Intelektual
Kecerdasan manajerial
Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan Emosional



























                   Tujuan dari Kaderisasi PMII, menciptakan/membentuk kecerdasan bagi kader yang tertuang pada AD/ART (Anggaran dasar/Anggaran Rumah Tangga) PMII BAB IV Pasal 4, yakni Tujuan PMII Terbentuknya Pribadi Muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, cakap, dan berilmu dalam mengamalkan ilmunya serta komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia”.

                   Maka selayaknya kader PMII itu menjadi kader yang ulul albab, dengan memiliki Kecerdasan Intelektual, Emosional, Spiritual, dan manajerial. Semua itu bisa dicapai dengan berproses di PMII. Jadi, bukan kita yang mengharapkan sesuatu dari PMII, tapi seharusnya kita-lah yang memberikan kontribusi kepada PMII. Jika ada pertanyaan, apa yang sudah Sahabat berikan untuk PMII? Apa yang akan Sahabat jawab?.

                   Nah mulai dari sekarang dan saat ini, Anggota/kader PMII itu harus juga memiliki kecerdasan yang meliputi ke empat aspek itu. Dan ini merupakan strategi dari kaderisasi.

                   Kemudian dengan adanya PMII, menjadi problem solver pada tahun 1960-an. Sedangkan melihat pada zaman milenial ini, komitmen kader PMII terjebak pada sistem yang membungkam kecerdasan mereka.

                   Untuk menjadi generasi yang PMII harapkan, yakni kader Ulul Albab, maka setiap kader wajib dan harus berproses melalui pendidikan di PMII. Adapun pendidikan di PMII ini, terbagi menjadi 3, yaitu :

1.       Formal

           Pendidikan Formal, dimulai dari Sahabat masuk kedalam PMII itu sendiri  dengan melewati fase awal MAPABA (Masa Penerimaan Anggota Baru). Jika digambarkan secara visualisasi. maka, sahabat telah membuka Pintu sebuah rumah dan memasuki rumah tersebut.

           Setelah Sahabat berproses di PMII, dan psikologi serta Intelektual sudah mulai terbangun. Maka untuk  sahabat boleh melanjutkan pendidikan formal ke jenjang yang lebih tinggi, seperti PKD (Pelatihan Kader Dasar), atau SIG (Sekolah Islam Gender). Pada fase ini, sahabat akan menemukan semangat baru, dan begitu juga teman baru. Untuk membangun jaringan sahabat.

           Kemudian lanjut ke tahap PKL (Pendidikan kader Lanjut), biasanya setiap Cabang mengirimkan delegasi untuk mengikuti PKL tersebut. Dari PKD sampai dengan PKL, diselenggrakan bersifat internal ataupun eksternal(delegasi cabang lain).



2.       Informal

           Adapun pendidikan Informal di PMII, adalah Pelatihan-pelatihan yang diadakan di mulai dari tingkat tataran Rayon, Komisariat ataupun Cabang. Pendidikan informal seperti Pelatihan Jurnalistik, Pelatihan Manajemen Organisasi dan lain-lain.



3.       Nonformal

           Pendidikan Bobformal yang ada di PMII, seperti ngopi bareng (Ngobrol perkara Intelektual), Diskusi DPR (Dibawah Pohon Rindang), dan diskusi-diskusi yang lainnya. Atau hanya sekedar ngobrol-ngobrol ringan dengan para kader dan Anggota.

           Problem atau permasalahan yang sedang terjadi di Rayon ataupun PMII itu sendiri, yakni kita terlalu fokus pada agenda kegiatan Formal, dan melupakan esensi yang lain yang perlu dilakukan dan diperkuat. Kader PMII seharusnya, merambah juga ke kegiatan informal dan nonformal.

           Jika dirumuskan, kader hanya stak(berhenti) di Aksi nya saja. Tanpa melanjutkan ke Evaluasi dan refleksi. Aksi ini berkaitan erat dengan kepemimpinan dan Kepengurusan struktural. Jika suatu Rayon hanya berhenti dan tidak melakukan agenda seperti biasanya (seperti diskusi dll), maka jangan hanya menyalahkan pemimpin atau strukturalnya saja, karena bisa jadi kita dan mereka yang kurang ikatan emosionalnya.

           Dalam tataran ruang lingkup Rayon, seharusnya menjadikan laboratorium keilmuan bagi kader, dimana dari Rayon-lah kader memperkuat keilmuan dan intelektualnya. Dan diruang lingkup Rayon juga, Anggota PMII wajib mempelajari dan menguasai semua ilmu.



B.      Peluang PMII

                Peluang Anggota PMII sebenarnya sangat banyak dimulai dari berbagai sektor, meskipun banyak terdapat peluang, akantetapi banyak juga tantangannya. Contohnya para senior yang berhasil masuk diberbagai sektor, ada yang di pemerintahan, ada yang jadi timses pemenangan pasangan calon, dan lain-lain.

                Kembali lagi dengan rumus :

Aksi
Evaluasi
Refleksi
 








Pertama lihat Aksi yang telah dilakukan, kemudian evaluasi. Karena evaluasi berhubungan dengan Tanggungjawab. Selain itu kegiatan formal yang ada di PMII, seharusnya sesuai dengan tupoksinya masing-masing. Berikut ini gambarannya :




Kegiatan
Dilaksanakan Oleh
MAPABA
RAYON
PKD
KOMISARIAT
PKL
Cabang



C.      Harapan PMII

                      Harapan dari para pendiri PMII, yang ke-13 orang adalah tujuannya menjadikan kader PMII menjadi kader Ulul Albab, yang memahami ke-islaman, ke-indonesiaan, ke-mahasiswaan, dan ke-bangsaan dengan berlandaskan metode Pemikiran Ahlussunnah Wal Jamaah, dan ber-asas Pancasila.



D.      Budaya Kampus

                      Kebudayaan yang berada di dalam kampus, dan juga diajarkan didalam PMII tentang bagaimana memahami karakteristik dari mahasiswa, dengan ilmu antropologi kampus. Yang membahas tentang penyakit-penyakit mahasiswa seperti Apatisme, Individualisme, Pragmatisme. Itu semua adalah penyakit yang membudaya di kalangan mahasiswa, dan sejatinya Anggota PMII harus mengkikis habis penyakit-penyakit tesebut.

                      Kemudian Anggota PMII juga harus berani auto-kritik, bagi siapa saja. Baik untuk dirinya sendiri, orang lain, ataupun sistem kampus. Dan memandang sebuah persoalan atau problem jangan hanya dari satu sektor, tapi harus menyeluruh dari berbagai sektor.

                      Kembali lagi ke problem PMII di internal Rayon. Banyak terjadi persoalan politik di tataran rayon sehingga, menghambat perkembangan dari rayon tersebut. Politik disini tidak ditujukan kepada politik praktis. Melainkan banyak sekte-sekte, yang seharusnya saling merangkul antara satu sama lain.

                      Maka problem yang harus diselesaikannya yaitu, menyatukan sekte-sekte tersbut menjadi satu komando dan tujuan.



E.       Metode / Strategi Pasca Diskusi

                      Strategi yang harus dilakukan pasca diskusi, yakni peserta diskusi harus merelasiasikan dan memecahkan problem solving yang berada di internal Rayon. Dengan menguatkan dan menjadikan kader personal menjadi penguatan kader yang berbasis. Penguatana dari segi kuantitas (seperti MAPABA) maupun kualitas (Kegiatan Informal & Nonformal).

                      Untuk penguatan kader personal jika dilakukan hanya dengan seorang saja, maka hal tersebut sulit untuk dilaksanakan. Akantetapi jika dilakukan oleh struktural rayon, maka penguatan kader yang berbasis itu mudah untuk di capai.

                      Setelah memecahkan problem, maka bergerak menuju Aksi nyata. Dengan mengevaluasi dan menerapkan semua hasil diskusi, menjalankan kembali pendidikan formal, informal dan nonformal.

                      Kita bisa mengambil kultur para senior PMII sewaktu mengkader, dan menggunakan cara tersebut, tapi dengan kontekstual zaman sekarang. Seperti halnya baca puisi dll.





                     


2 comments: