Tema Diskusi :
“Membedah Persoalan Dasar Kadersasi PMII
tingkat Rayon”
Narasumber : Sahabat Rasdi
Penulis : Muhammad Jahidin
Tempat : Sekretariat PC PMII Kabupaten
Kuningan
Tanggal/Waktu : Kamis, 22 Februari 2018 / 19.08 – 21.07
A.
Dasar
Kaderisasi di PMII
Kecerdasan
Intelektual
|
Kecerdasan
manajerial
|
Kecerdasan
Spiritual
|
Kecerdasan
Emosional
|
Tujuan dari Kaderisasi PMII,
menciptakan/membentuk kecerdasan bagi kader yang tertuang pada AD/ART (Anggaran
dasar/Anggaran Rumah Tangga) PMII BAB IV Pasal 4, yakni Tujuan PMII “Terbentuknya
Pribadi Muslim Indonesia yang
bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, cakap, dan berilmu dalam mengamalkan
ilmunya serta komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia”.
Maka selayaknya kader PMII
itu menjadi kader yang ulul albab, dengan memiliki Kecerdasan Intelektual,
Emosional, Spiritual, dan manajerial. Semua itu bisa dicapai dengan berproses
di PMII. Jadi, bukan kita yang mengharapkan sesuatu dari PMII, tapi seharusnya
kita-lah yang memberikan kontribusi kepada PMII. Jika ada pertanyaan, apa yang
sudah Sahabat berikan untuk PMII? Apa yang akan Sahabat jawab?.
Nah mulai dari sekarang dan
saat ini, Anggota/kader PMII itu harus juga memiliki kecerdasan yang meliputi
ke empat aspek itu. Dan ini merupakan strategi dari kaderisasi.
Kemudian dengan adanya PMII,
menjadi problem solver pada tahun 1960-an. Sedangkan melihat pada zaman
milenial ini, komitmen kader PMII terjebak pada sistem yang membungkam
kecerdasan mereka.
Untuk menjadi generasi yang
PMII harapkan, yakni kader Ulul Albab,
maka setiap kader wajib dan harus berproses melalui pendidikan di PMII. Adapun
pendidikan di PMII ini, terbagi menjadi 3, yaitu :
1.
Formal
Pendidikan
Formal, dimulai dari Sahabat masuk kedalam PMII itu sendiri dengan melewati fase awal MAPABA (Masa
Penerimaan Anggota Baru). Jika digambarkan secara visualisasi. maka, sahabat
telah membuka Pintu sebuah rumah dan memasuki rumah tersebut.
Setelah
Sahabat berproses di PMII, dan psikologi serta Intelektual sudah mulai
terbangun. Maka untuk sahabat boleh melanjutkan
pendidikan formal ke jenjang yang lebih tinggi, seperti PKD (Pelatihan Kader
Dasar), atau SIG (Sekolah Islam Gender). Pada fase ini, sahabat akan menemukan
semangat baru, dan begitu juga teman baru. Untuk membangun jaringan sahabat.
Kemudian
lanjut ke tahap PKL (Pendidikan kader Lanjut), biasanya setiap Cabang
mengirimkan delegasi untuk mengikuti PKL tersebut. Dari PKD sampai dengan PKL,
diselenggrakan bersifat internal ataupun eksternal(delegasi cabang lain).
2.
Informal
Adapun
pendidikan Informal di PMII, adalah Pelatihan-pelatihan yang diadakan di mulai
dari tingkat tataran Rayon, Komisariat ataupun Cabang. Pendidikan informal
seperti Pelatihan Jurnalistik, Pelatihan Manajemen Organisasi dan lain-lain.
3.
Nonformal
Pendidikan Bobformal yang ada di
PMII, seperti ngopi bareng (Ngobrol perkara Intelektual), Diskusi DPR (Dibawah
Pohon Rindang), dan diskusi-diskusi yang lainnya. Atau hanya sekedar
ngobrol-ngobrol ringan dengan para kader dan Anggota.
Problem
atau permasalahan yang sedang terjadi di Rayon ataupun PMII itu sendiri, yakni
kita terlalu fokus pada agenda kegiatan Formal, dan melupakan esensi yang lain
yang perlu dilakukan dan diperkuat. Kader PMII seharusnya, merambah juga ke
kegiatan informal dan nonformal.
Jika
dirumuskan, kader hanya stak(berhenti) di Aksi
nya saja. Tanpa melanjutkan ke Evaluasi
dan refleksi. Aksi ini berkaitan
erat dengan kepemimpinan dan Kepengurusan struktural. Jika suatu Rayon hanya berhenti dan tidak melakukan
agenda seperti biasanya (seperti diskusi dll), maka jangan hanya menyalahkan
pemimpin atau strukturalnya saja, karena bisa jadi kita dan mereka yang kurang
ikatan emosionalnya.
Dalam
tataran ruang lingkup Rayon, seharusnya menjadikan laboratorium keilmuan bagi
kader, dimana dari Rayon-lah kader memperkuat keilmuan dan intelektualnya. Dan
diruang lingkup Rayon juga, Anggota PMII wajib mempelajari dan menguasai semua
ilmu.
B.
Peluang
PMII
Peluang Anggota PMII sebenarnya
sangat banyak dimulai dari berbagai sektor, meskipun banyak terdapat peluang,
akantetapi banyak juga tantangannya. Contohnya para senior yang berhasil masuk
diberbagai sektor, ada yang di pemerintahan, ada yang jadi timses pemenangan
pasangan calon, dan lain-lain.
Kembali lagi dengan rumus :
Aksi
|
Evaluasi
|
Refleksi
|
Pertama
lihat Aksi yang telah dilakukan, kemudian evaluasi. Karena evaluasi berhubungan
dengan Tanggungjawab. Selain itu kegiatan formal yang ada di PMII, seharusnya
sesuai dengan tupoksinya masing-masing. Berikut ini gambarannya :
Kegiatan
|
Dilaksanakan Oleh
|
MAPABA
|
RAYON
|
PKD
|
KOMISARIAT
|
PKL
|
Cabang
|
C.
Harapan
PMII
Harapan dari para pendiri
PMII, yang ke-13 orang adalah tujuannya menjadikan kader PMII menjadi kader Ulul Albab, yang memahami ke-islaman,
ke-indonesiaan, ke-mahasiswaan, dan ke-bangsaan dengan berlandaskan metode
Pemikiran Ahlussunnah Wal Jamaah, dan ber-asas Pancasila.
D. Budaya Kampus
Kebudayaan yang berada di
dalam kampus, dan juga diajarkan didalam PMII tentang bagaimana memahami
karakteristik dari mahasiswa, dengan ilmu antropologi kampus. Yang membahas
tentang penyakit-penyakit mahasiswa seperti
Apatisme, Individualisme, Pragmatisme.
Itu semua adalah penyakit yang membudaya di kalangan mahasiswa, dan sejatinya
Anggota PMII harus mengkikis habis penyakit-penyakit tesebut.
Kemudian Anggota PMII juga
harus berani auto-kritik, bagi siapa saja. Baik untuk dirinya sendiri, orang
lain, ataupun sistem kampus. Dan memandang sebuah persoalan atau problem jangan
hanya dari satu sektor, tapi harus menyeluruh dari berbagai sektor.
Kembali lagi ke problem
PMII di internal Rayon. Banyak terjadi persoalan politik di tataran rayon
sehingga, menghambat perkembangan dari rayon tersebut. Politik disini tidak
ditujukan kepada politik praktis. Melainkan banyak sekte-sekte, yang seharusnya
saling merangkul antara satu sama lain.
Maka problem yang harus
diselesaikannya yaitu, menyatukan sekte-sekte tersbut menjadi satu komando dan
tujuan.
E. Metode / Strategi Pasca Diskusi
Strategi yang harus
dilakukan pasca diskusi, yakni peserta diskusi harus merelasiasikan dan
memecahkan problem solving yang berada di internal Rayon. Dengan menguatkan dan
menjadikan kader personal menjadi penguatan kader yang berbasis. Penguatana
dari segi kuantitas (seperti MAPABA) maupun kualitas (Kegiatan Informal &
Nonformal).
Untuk penguatan kader
personal jika dilakukan hanya dengan seorang saja, maka hal tersebut sulit
untuk dilaksanakan. Akantetapi jika dilakukan oleh struktural rayon, maka
penguatan kader yang berbasis itu mudah untuk di capai.
Setelah memecahkan
problem, maka bergerak menuju Aksi nyata.
Dengan mengevaluasi dan menerapkan semua hasil diskusi, menjalankan kembali
pendidikan formal, informal dan nonformal.
Kita bisa mengambil kultur
para senior PMII sewaktu mengkader, dan menggunakan cara tersebut, tapi dengan
kontekstual zaman sekarang. Seperti halnya baca puisi dll.
mantap gan
ReplyDeleteIyaa gan, Alhamdulillah terima kasih
ReplyDelete